Sabtu, 28 Maret 2009

MENGAJARKAN BAYI BERENANG

Mengajarkan renang sudah bisa dimulai sebelum usia satu tahun. Intinya
adalah membuat bayi nyaman berada di air.

Bermain air bisa membuat bayi gembira. Amati saja saat ia dimandikan
dengan cara yang tepat, ia tampak begitu nyaman. Bukankah selama dalam
rahim, ia pun sudah akrab dengan air. Sementara di hari-hari berikutnya,
secara rutin ia akan dimandikan. Oleh karena itu, sangat mendukung
apabila berenang mulai diajarkan di usia bayi, karena melatihnya justru
akan lebih mudah.
ikuti terus ya....



MANFAAT RENANG
1. Menghilangkan rasa takut pada air
Banyak anak tak mau belajar renang karena takut air. Jika aktivitas
renang dikenalkan sejak bayi, hal itu tak akan terjadi.
2. Sarana bermain
Bermain tak harus selalu di kamar atau di taman. Kolam renang bisa juga
menjadi sarana bermain yang menyenangkan.
3. Menyehatkan badan dan merangsang gerakan motorik
Dengan bermain air, otot-otot bayi berkembang, persendiannya tumbuh
secara optimal, pertumbuhan badannya meningkat, dan tubuh pun jadi
lentur. Dengan kata lain, semua komponen tubuhnya akan terlatih melalui
renang karena seluruh anggota tubuh mulai dari kaki, tangan, hingga
kepala digerakkan walaupun belum dengan teknik yang sempurna. Bayi jadi
terlatih dan daya tahan tubuhnya pun lebih terjaga.
4. Mengasah kemandirian, keberanian, dan percaya diri
Berenang mendorong bayi tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan memiliki
rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini tercermin saat bayi tak lagi
takut menjelajah bersama orang tua di kolam yang besar.
5. Kemampuan sosial
Berenang bersama-sama di kolam akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan
meningkatkan kemampuannya beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang
lain.

LANGKAH BELAJAR RENANG
Untuk mulai mengajari bayi berenang, bayi mesti melalui tahap pengenalan
air.
1. Lakukan latihan awal dengan menggunakan kolam plastik sebelum
masuk ke kolam sungguhan. Basahi tubuhnya seperti ketika memandikan agar
tak timbul fobia air. Bawa serta mainan tahan air seperti mainan bebek
atau ikan, agar ia merasakan main di kolam sebagai sesuatu yang
menyenangkan. Jangan ragu untuk melibatkannya agar mau bermain-main,
seperti menciprat-cipratkan air. Ini akan memancingnya untuk tersenyum
dan tertawa, sekaligus menstimulasi kemampuan motoriknya.
2. Jika si kecil sudah akrab dengan air, ajaklah ia untuk masuk ke
kolam renang sungguhan. Namun, sebelumnya ada beberapa faktor yang mesti
diperhatikan, antara lain :
a. Kedalaman kolam
Jangan bawa bayi ke kolam renang yang tidak memiliki bagian khusus untuk
anak. Pilihlah area yang tingkat kedalamannya hanya sebatas pinggangnya.
Selain menghindari hal-hal yang tak diinginkan, semisal tenggelam, kolam
yang terlalu dalam juga dikhawatirkan membuat si kecil merasa tak nyaman
yang malah mengakibatkannya jadi takut air. Untuk mengenalkan tingkat
kedalaman yang berbeda, lakukanlah secara bertahap, dari yang paling
dangkal.
b. Suhu air
Air kolam renang sebaiknya jangan terlalu dingin atau terlalu panas.
Usahakan yang bersuhu kurang lebih sama dengan suhu badan. Air yang
terlalu dingin maupun panas bisa menyebabkan si kecil sakit.
c. Kejernihan air
Usahakan air kolam renang jernih dan tak keruh, sehingga kalaupun
terminum tidak mengakibatkan apa-apa. Sedapat mungkin hindari kolam
renang yang airnya mengandung kaporit karena justru akan berdampak buruk
pada mata dan kulitnya.
d. Lantai kolam
Perhatikan kebersihan lantai kolam. Hindari yang permukaannya licin
karena bisa mengakibatkannya gampang terpeleset.
e. Sebagai langkah awal, seperti yang dilakukan di kolam karet,
lakukan pengenalan air secara bertahap dimulai dengan membasuh seluruh
tubuhnya. Lalu dalam posisi duduk gerakkan kaki silih berganti dan
gerakkan tangannya seperti mencipratkan air. Jangan lupa, tetap bawa
serta mainan air kesayangannya agar si kecil tak cepat bosan berada di
kolam.
3. Tahap berikutnya, gunakan pelampung yang berbentuk ban yang
mampu menahan tubuhnya atau yang dilingkarkan pada pergelangan tangan.
Fungsi pelampung ini selain sebagai alat pengaman, juga bisa membantu
bayi berlatih "mengapung". Sambil menggunakan pelampung, bawa ia
menyusuri pinggir kolam. Tapi ingat, jangan sesekali melepaskan pegangan
maupun pengawasan Anda dari si kecil.
4. Secara bertahap penggunaan pelampung sebaiknya dihentikan agar
bayi tak tergantung pada alat tersebut. Sebagai pengganti pelampung,
ayah/ibu bisa memegangi badan si kecil dan ajak untuk menikmati acara
jalan-jalan di dalam kolam. Jika ia sudah terbiasa dengan air yang ada
di sekelilingnya, secara bertahap pula ajak ia berenang di kolam yang
lebih dalam.
5. Agar bayi lebih termotivasi bereksplorasi di air, ajak anak-anak
yang lain. Dengan proses belajar yang menyenangkan di antara banyak
teman, tentu bayi akan lebih bersemangat. Secara tidak langsung, dengan
banyaknya teman yang ikut berlatih, dalam diri bayi akan tumbuh
keyakinan bahwa berenang itu sungguh menyenangkan.
6. Pengawasan dan pendampingan orang tua memang jelas-jelas harus
dilakukan. Ini penting karena tak sedikit bayi yang nyaris tenggelam
atau tersedak akibat mulut atau hidungnya kemasukan air. Jika mengalami
hal tak menyenangkan seperti itu bukan tidak mungkin bayi jadi enggan
berenang. Sementara jika bayi memang sulit diajari berenang karena takut
air, amat disarankan agar orang tua tidak memaksakan kehendak. Mungkin
dia butuh waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan air. Yang
penting, jalani proses belajar berenang dengan suasana bermain yang
menyenangkan.

USIA TEPAT BERLATIH RENANG
Lalu kapan, sih, bayi sudah bisa diajari berenang di kolam? Yang paling
pas adalah di usia 9 bulan, tak lain karena di usia ini umumnya bayi
sudah bisa duduk tegak sendiri dan relatif kuat menyangga tubuhnya saat
berdiri. Namun, tentu saja proses belajarnya harus dibedakan dari proses
belajar yang diterapkan pada anak yang lebih besar. Jika yang berperan
sebagai pelatihnya adalah orang tua sendiri, biasanya bayi akan lebih
senang, hingga bisa lebih mudah dan cepat proses belajarnya.

MESTI PROPORSIONAL
Pada prinsipnya, setiap aktivitas olahraga adalah baik. Namun,
manfaatnya akan maksimal jika kegiatan ini dilakukan secara teratur dan
proporsional. Jadi, ada batasan-batasannya, yaitu latihan tidak melebihi
kemampuan bayi karena bisa berakibat buruk. Antara lain daya tahan
tubuhnya bisa merosot karena terlalu dipaksakan. Menurutnya, frekuensi
olahraga yang baik bagi kesehatan adalah tiga kali setiap minggu.
Waktunya cukup sekitar 10-15 menit saja. "Jangan terlalu lama karena
bayi cepat capek meski cepat juga pemulihannya. Kalau dia enggan, ya
jangan memaksakan diri. Juga kalau bayi capek, jangan dipaksakan. Nanti
malah sakit."

PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
Bagi orang tua yang ingin melatih bayinya berenang, berikut sejumlah hal
penting :
1. Kenalkan sejak dini. Lakukan latihan secara bertahap sesuai
dengan umur dan keberanian bayi terhadap air.
2. Jangan pernah memaksa bayi untuk berenang. Jika dipaksakan bayi
justru akan menolak/enggan masuk kolam.
3. Jangan membenamkan kepala bayi ke dalam air.
4. Usahakan agar orang tua sendiri yang jadi pelatihnya agar bayi
tak merasa asing, hingga ia bisa merasa nyaman.
5. Perhatikan sarana yang akan digunakan, termasuk kondisi kolam
renang dan pelampungnya. Ini akan meminimalkan tingkat risiko terjadinya
kecelakaan/hal-hal yang tak diinginkan.
Tetap awasi dan dampingi saat bayi berada dalam air.

Manfaat Bermain Bersama Anak


Kebanyakan orang tua lebih cenderung menjadi penonton dan fasilitator acara bermain dari anak-anaknya daripada dirinya sendiri ikut terjun dalam permainan tersebut, padahal bermain bersama anak banyak sekali manfaatnya.
coba renungkan pertanyaan berikut ini: "Apakah saya mempunyai waktu bermain bersama anak atau apakah saya pernah terpikir untuk memasukkan kegiatan bermain ke dalam agenda saya?"
Saya duga kebanyakan orang tua lebih cenderung menjadi penonton dan fasilitator acara bermain dari anak-anaknya daripada dirinya sendiri ikut terjun dalam permainan tersebut, padahal bermain bersama anak banyak sekali manfaatnya.
ikuti terus ya......

Manfaat pertama: Mengikat hubungan orang tua dan anak.
Cukup banyak permainan yang dapat menjembatani gap yang terjadi antara orang tua dan anak. Jenjang usia yang agak besar dan jauh sering kali menjadi penyebab timbulnya masalah komunikasi antara orang tua dan anak. Akan tetapi dengan "bermain", jenjang tersebut sedikit banyak dapat diatasi. Perhatikan bagaimana seorang bayi kecil dapat mengerti bahasa ayahnya yang sudah berusia di atas 40 tahun, dan sebaliknya.
Dimulai dengan ayah yang tersenyum pada bayinya dan yang dibalas oleh bayi dengan menatap mata ayahnya. Melihat tatapan mata bayinya, ayah kemudian mendekatkan hidung ke perut bayi dan bayi pun mengeluarkan suara gembira, singkat dan polos. Mendengar suara bayi, sangat ayah tergoda untuk memberikan sedikit kitikan di pinggang sehingga bayi pun tertawa lebih keras lagi.......Begitu seterusnya sehingga percakapan "kitik dan tawa" menjadi bahasa bayi yang dapat diterjemahkan sebagai "Aku sayang kamu, dan kamu sangat istimewa bagiku."

Manfaat kedua: Mengubah suhu emosi.
Ketika anak mengalami emosi yang tidak menyenangkan, anak cenderung untuk berperilaku negatif. Hukuman dan omelan tidak selalu memberi jawaban. Kadang-kadang justru melalui bermain, emosi anak diubahkan dan hal tersebut secara otomatis akan mempengaruhi serta mendorong perilaku anak ke arah yang lebih positif.
Seorang anak Balita cemberut karena tidak boleh melanjutkan menonton TV mengingat sudah saatnya untuk tidur malam. Bahkan karena kesal ia sempat memukul ibunya. Kejadian tersebut dapat menjadi pemicu timbulnya pertengkaran di malam hari. Namun ibu yang bijaksana mengerti bahwa "rasa ngantuk" kadang menyebabkan anak menginginkan hal-hal yang tidak seharusnya. Maka, daripada menghukum atau mengomeli anak, ibu tersebut mengambil selimut besar, kemudian menutupi anaknya dan dirinya dengan selimut tersebut dan mulailah permainan yang seru yaitu "berkemah sambil menantikan kedatangan si beruang besar (papa yang baru pulang dari kantor)." Ketika papa masuk ke kamar, maka beruang itu mengaum-mengaum mencari mangsanya, sesaat d iluar kemah, kemudian merangkak-rangkak menindih segala sesuatu yang ada di balik selimut. Dapat dibayangkan betapa gelinya teriakan anak ketika beruang membuka selimut dan menerkam si anak yang sudah mulai hilang cemberutnya. Ketika beruang besar pergi untuk mandi, ibu melanjutkan dengan bercerita di dalam kemah (selimut) dan anak pun akhirnya lebih siap untuk tidur dengan suasana hati yang lebih menyenangkan.

Manfaat ketiga: Menyalurkan emosi negatif dan menghubungkan kembali relasi yang terputus.
Ketika ayah keluar kamar mandi, didapatinya anak perempuan kecilnya sedang berteriak-teriak memarahi kakak laki-lakinya yang menyenggol mainan masak-masakannya secara tidak sengaja. Ini bisa menjadi alasan baik untuk menghukum kedua anak tersebut; yang satu karena menyenggol mainan milik adiknya; yang lain karena membuat polusi suara di Sabtu pagi yang cerah. Daripada menerapkan hukuman, ayah menggunakan strategi bermain untuk mengikat kembali hubungan kedua kakak beradik ini. Pertama-tama ia duduk berdiri mengawasi kedua anak yang sedang bertengkar, tiba-tiba ia mengambil setumpuk bantal sofa dan mengajak anak perempuannya menimpuk si kakak habis-habisan. Tidak hanya itu, ayah masih mengejar si kakak, menarik kedua lebgab kakak ke belakang dan membuatnya seperti seorang tahanan dalam film "Peter Pan". Kemudian ayah memberi semangat kepada adik untuk terus menimpuk kakaknya dengan bantal dan memberi signal kepada ibu untuk menjadi 'tinker bell', si penyelamat. "Mana nih penyelamat kakak?" teriak si ayah. Maka datanglah si ibu dengan satu kali acungan tangan, dan ayah pun berpura-pura terpental jatuh. Tiba-tiba ayah mengambil si adik dan sekali lagi si ibu menyelamatkan dengan "debu ajaibnya." Maka, berakhirlah peperangan kakak beradik dengan tiga manusia bertebaran di lantai sambil menikmati kelelahan yang membahagiakan. Kakak beradik pun kembali dapat bersahabat lagi.

Manfaat keempat: Melatih daya juang anak.
Permainan yang bersifat kompetisi sangat baik untuk melatih anak dalam menghadapi kesulitan. Setiap anak memiliki reaksi yang berbeda dalam menghadapi kekalahan. Kegagalan atau situasi yang mengancamnya. Ada anak yang menangis, menghindar, marah atau menyalahkan orang lain dengan teriakan: "curang!"
Pak Doni tahu betul bahwa anaknya sering kali tidak sanggup menghadapi kekalahan. Maka, dibuatnya agenda khusus untuk melatih Jimmy mengatasi kesulitannya tersebut. Pertama-tama Pak Doni merencanakan bermain catur bersama Jimmy selama satu minggu berturut-turut. Pada saat mendekati kekalahan, mata Jimmy sering berkaca-kaca dan kadang-kadang dia berusaha menghindar dengan alasan sakit perut, lapar, atau ngantuk. Tak jarang dia marah-marah dan menangis. Pak Doni mendorong Jimmy untuk bertahan dan beberapa kali memberi kesempatan kepadanya untuk menang untuk memunculkan rasa percaya dirinya. Kemudian, Pak Doni membuat program khusus yaitu "Soccer Party." Diundangnya beberapa teman anaknya untuk bermain bola bersama. Pak Doni dan beberapa ayah juga ikut serta dalam permainan. Di sanalah proses pelatihan mental terjadi. Beberapa kali Pak Doni memberikan semangat kepada Jimmy yang tawar hati karena kebobolan gol cukup banyak. Pada saat kalah, Pak Doni mengajak Jimmy untuk belajar menghibur diri.

Manfaat kelima: Melatih penguasaan diri.
Banyak anak tidak dapat menguasai diri dalam menentukan batas bermain. Tidak jarang anak mengakhiri permainan dengan perasaan benci karena ada yang dipukul, didorong dan bahkan dilukai.
Keterlibatan orang tua dalam bermain bersama anak dapat menolong anak melihat batasan dan melatih anak untuk mematuhi batasan tersebut. Permainan-permainan yang keras tidak harus selalu dihindari. Inisiatif orang tua untuk memainkan permainan keras justru menolong anak mengenal batasan ketika ia bermain dengan teman-temannya.
Henry suka sekali main "berantem-beranteman" dengan ayah. Mula-mula ayah memukul punggung Henry dengan bantal, dan Henry membalas dengan berusaha memukul dada ayahnya. Ayah cepat memegang tangan Henry dan berkata: "jangan sungguh-sungguh memukul, kamu harus gunakan bantal untuk melanjutkan permainan ini." Pada saat hampir kalah, Henry merasa frustrasi dan menggigit tangan ayahnya. Ayah menekan hidung Henry sehingga Henry melepaskan gigitan, kemudian berkata: "kamu melanggar batas aturan bermain! Tidak boleh menyakiti. Sekali lagi kamu menggigit, kamu harus diikat seperti ini." Maka ayahnya yang sudah barang tentu mempunyai tubuh lebih besar memeluk Henry dari belakang sehingga ia tidak bisa bergerak, dan berteriak: "kamu jadi tawananku...Tawanan perang karena menggigit." Setelah lelah, ayah berbicara dengan tenang: "Henry, dalam bermain kita harus menjaga diri jangan sampai menyakiti orang lain. Kamu boleh main yang keras tapi tidak sungguh-sungguh memukul untuk menyakiti."
Ayah Henry kemudian melanjutkan dengan mengawasi Henry bermain dengan teman lain. Pada saat Henry mulai memukul teman tersebut, ayah mencoba mengingatkan: "Henry, nampaknya kamu harus duduk di sebelah ayah untuk beberapa saat sampai kamu tenang." Setelah beberapa menit duduk di sebelah ayah, Henry bertanya: "apakah saya boleh pergi bermain lagi?", maka ayah berkata:"boleh, asal kamu janji tidak menyakiti temanmu. Jika masih terjadi, kamu akan duduk di sini lagi."

Manfaat keenam: Mengatasi perbedaan.
Anak-anak sering kali mengalami kesulitan dalam bermain bersama karena adanya perbedaan. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan, perbedaan bahasa, perbedaan usia dan perbedaan minat. Keterlibatan orang dewasa yang mempunyai cara berpikir lebih luas sangat dibutuhkan pada saat ini.
Mary dan Tony perlu menghabiskan setengah jam untuk menentukan permainan apa yang akan dimainkan. Selama setengah jam Mary mempertahankan pendapat untuk bermain dokter-dokteran, sedangkan Tony memaksa Mary untuk bermain perang-perangan. Maka datanglah Pak Budi dan mulai menyusun strategi bermain. Pak Budi mengajak Tony untuk mengambil mobil-mobilannya dan Mary untuk mengambil peralatan dokter-dokteran. Maka mulailah mereka bermaina perang-perangan. Pak Budi ditemanioleh boneka-boneka Mary, dan Tony oleh senjata-senjatanya. Pak Budi sengaja membuat beberapa boneka seolah tertembak oleh senjata Tony, dan kemudian dibawa kepada Mary untuk diobati. Waktu korban bertambah banyak.....datanglah si ibu untuk membantu Mary mengurus boneka-boneka yang telah menjadi korban perang supaya mereka segera sembuh dan bisa berperang lagi, dan seterusnya. Ibu juga mengajak Mary untuk membuat masakan dan memberi makan boneka-boneka yang sakit.
Kevin kesal sekali pada adiknya yang masih berusia 1 tahun. Beberapa kali dia susun catur untuk dimainkan bersama ayah, tapi adiknya selalu datang untuk menghancurkan biji-biji caturnya. Kevin marah-marah dan mendorong adiknya. Ibu tidak bisa menemani adik karena sibuk menyiapkan makan malam. Maka ayah mengusahakan jenis permainan yang berbeda. Ayah mendorong Kevin untuk berlomba menyusun catur secepatnya segera setelah si adik menghancurkan, dan adik juga didorong untuk menjatuhkan biji catur milik sendiri. Kevin dan adik akhirnya asyik bermain sampai ibu siap menyuapi adik, dan Kevin pun bisa mulai bermain catur secara lebih serius dengan ayahnya.

Manfaat ketujuh: Untuk mengatakan "Aku hadir.&quot.
Banyak anak yang memiliki orang tua yang secara fisik hadir di rumah, namun mereka tidak bisa merasakan kehadiran orang tuanya. Mengapa? Karena orang tua sibuk dengan aktivitasnya sendiri, dan anak-anak juga asyik menikmati dunianya sendiri. Inisiatif orang tua untuk ikut terjun terlibat dalam permainan anak merupakan bahasa lain dari "Aku hadir."
Robert asyik bermain lego sendirian di lantai. Dia tampak tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitar. Sejak pagi ia tahu ibu ada di rumah untuk masak, membereskan rumah, dan nonton TV. Tiba-tiba ibu duduk di lantai, membuat mobil-mobilan dari lego dan mulai asyik bermain sendiri. Pada awalnya, Robert hanya mengawasi, kemudian Robert mulai tertarik. Ibu kemudian menyodorkan lego hasil buatannya kepada Robert dan Robert meneruskan menyusun mobil-mobilan buatan ibunya. Wajah Robert tiba-tiba berubah, dan terlihat lebih cerah. Katika ayah pulang, ia segera melompat dan menarik tangan ayah untuk menunjukkan mobil-mobilan dari lego yang sudah ia susun dengan rapi. Gantian ayah yang duduk di lantai agar ibu mempunyai kesempatan untuk menikmati 'cuti' beberapa saat untuk meluruskan kakinya.
Jessica terus-menerus menarik baju ibunya yang sedang masak dan mengajaknya bermain: "Mama.......Mama......Main yuk." Setelah beberapa saat dicoba untuk tidak dipedulikan, ibu mengalami kesulitan bergerak bebas di dapur. Akhirnya, ibu mengambil beberapa sayur dan pisau roti yang tumpul. Ibu tebarkan koran di lantai dan mengajak Jessica main masak-masakan untuk beberapa saat lamanya, kemudian diteruskan dengan ditemani oleh si mbak. Saat Jessica sudah mulai asyik memotong-motong bersama mbak, ibu juga mulai bisa mengerjakan beberapa hal lainnya. Ternyata, beberapa menit bersama Jessica dapat memberi kebebasan beberapa jam untuk ibu bisa memasak tanpa diganggu. Jessica mulai asyik masak dengan mbak, dan Jessica tahu "Mama hadir, koq."
Denny sedang asyik main play station ketika ayah pulang. Denny tidak menengok ketika dipanggil. Maka ayah mendekati Denny dan memberikan komentar terhadap game yang sedang dimainkan. Ayah ingin menunjukkan bahwa ia tertarik pada mainan Denny. Denny pun mulai menengok dan menunjukkan bagaimana memenangkan level-level sebelumnya, apa strateginya dan apa tantangan level selanjutnya. Dan ayah mendengarkan dengan seksama. Kemudian ayah memegang pundak Denny dan berkata: "kamu hebat sekali bisa mencapai level ini, ayah bangga. Tapi ayah juga rindu untuk makan bersama kamu. Bagaimana kalau setelah level ini selesai kita makan bersama? Ayah tunggu kamu di meja makan ya.......kamu bisa ceritakan lebih banyak lagi bagaimana asyiknya game ini waktu kita makan."
Masih banyak manfaat lain dari bermain bersama anak. Yang terpenting adalah orang tua menyadari hal ini dan berani untuk mencoba. Banyak kendala yang membuat orang tua enggan bermain dengan anak. Misalnya: rasa lelah, minat yang berbeda, kondisi emosi orang tua yang lagi sedang kurang baik, persoalan keluarga yang membuat depresi, perang dingin dengan suami, istri, mertua atau ipar, rasa khawatir tidak bisa menghentikan permainan dengan pertengkaran atau hukuman, merasa kehilangan waktu yang berharga, rasa khawatir tidak bisa mengikuti kemauan atau minat anak, tidak tahu bagaimana memulai, dan sebagainya. Dan kendala terbesar adalah menganggap 'bermain' sebagai musuh dari 'belajar'. Padahal bermain adalah salah satu kebutuhan terpenting dalam perkembangan anak, selain makan, minum dan tidur. Melarang anak bermain sama dengan melarang anak menikmati masa kecilnya dan bertumbuh. Betapa kejamnya orang tua yang melarang anak bermain hanya untuk sebuah nilai 10 di rapor, atau untuk mendapatkan piala agar dapat diletakkan di lemari pajangan.
Mari kita mulai mencoba. Pemahaman dan kepekaan orang tua terhadap manfaat bermain akan menjadikan orang tua selain semakin ahli dalam bermain dengan anak, juga menikmati kebersamaan dengan anak. Dan percayalah, anak-anak dari keluarga yang suka bermain akan menjadi anak-anak yang cerdas, pandai bergaul, dan mudah mengikuti berbagai macam peraturan.

Jumat, 27 Maret 2009

Earth Hour : 60 Menit Selamatkan Bumi


Thanks to Syam atas informasi ini, sebuah info yang berharga bagi masyarakat jakarta dan tentu juga buat kita di pontianak ini, mengingat keuntungan-keuntungan yang akan di dapat dari program tersebut dan tentu saja ini yang Pertama Kali Di Indonesia
Earth Hour dilakukan di Indonesia, di mana Jakarta dipilih menjadi kota pertama tempat penyelenggaraannya.

Pada Sabtu, 28 Maret 2009, tepat pukul 20.30, masyarakat Jakarta akan menyaksikan dan menjadi bagian dari aksi global dalam memadamkan lampu selama 1 jam.

Dan pada saat yang bersamaan, lampu-lampu di bangunan bersejarah seperti Monumen Nasional (Monas) serta di beberapa ciri khas kota Jakarta lainnya, seperti Patung Pemuda, Jembatan Semanggi, Bundaran HI, Air Mancur Arjuna Wiwaha dan tak terkecuali kantor gubernur balaikota akan dipadamkan.

Kenapa Jakarta?
Konsumsi listrik di Indonesia masih terkonsentrasi di Jawa, yakni pada 2007 mencapai sekitar 77% dari konsumsi nasional, dan sekitar 20% pengguna listrik di Indonesia berada di Jakarta, sedangkan untuk pasokan listrik di daerah lain di Indonesia masih berbagi dalam jumlah yang lebih kecil.

Total konsumsi listrik wilayah DKI Jakarta dan Tangerang adalah 23% dari total konsumsi listrik di seluruh Indonesia, dengan komposisi terbesar sebagai berikut:
• 34% berasal dari sektor rumah tangga (sebagian besar di DKI Jakarta)
• 30% berasal dari sektor industri (sebagian besar di Tangerang)
• 29% dari sektor bisnis (sebagian besar di DKI Jakarta)

Seberapa Penting Earth Hour Untuk Jakarta?
Memadamkan lampu di DKI Jakarta 1 jam, sama dengan:
• 300MW (cukup untuk mengistirahatkan 1 pembangkit listrik dan menyalakan 900 desa)
• Mengurangi beban biaya listrik Jakarta sekitar Rp 200 juta
• Mengurangi emisi sekitar 284 ton CO2
• Menyelamatkan lebih dari 284 pohon
• Menghasilkan O2 untuk lebih dari 568 orang

Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1570658
untuk info lebh jelasnya silahkan klik di : www.earthhour.wwf.or.id

Ps: yuk kita sosialisaikan aksi ini keteman teman kita, smoga aja info ini bermanfaat untuk kita semua.. siapa tahu aja ada yang mau ikutan juga..Aamiin
Oh iya jangan lupa, kalau bisa kita juga ikut dalam aksi ini yah... oke

Senin, 09 Maret 2009

award...award...award...


thanks to ms green atas informasi ini. setelah dibaca-baca dan blog walking kesana-sini akhirnya aku juga tertarik dengan yang satu ini. setelah kubaca habis postinynya mbak ms green, akupun segera mengambil kamera dan minta tolong kesuami tercinta untuk take the picture. tanpa berdandan (karena belom mandi hehehe) dan foto tidak diedit maka eng ing eng ..... jadilah foto dadakan itu. Award ini adalah award persahabatan 2009, moga aja ya di tahun 2009 ini semangat persahabatan tambah tinggi, hilangkan semua permusuhan dan kebencian. Kalau tadi udah senang dapat award, nah sekarang ada PR nya.........


1. Ambil photo terbaru mu atau photo sekarang juga
2. Jangan Ganti baju, jangan rapikan rambut, pokoknya ambil photo aja.
3. Post photo itu nggak pake di edit
4. Post instruksinya barengan ama photomu
5. Tag 10 orang buat ngelakuin ini........
Ok...ntuk jawab yang pertama nih dia fotoku yang terbaru sudah nongkrong diatas..........>

trusssss akan ku tag award ini untuk:
1. ayah fazli
2. mardi
3. sisilia
4. ustad cinta
5. wandi
6. nining
7. al faqir
8. ema ratnasari
9. nasyid al ikhwan
10. agus ruliyansyah
kerja in yaaaaa

Senin, 02 Maret 2009

Seni Bicara ame Bayi


Hi hi hihihi, foto ini diambil ayahnya ketika saya ngajak bicara fakhri ba’da shalat maghrib, ternyata fakhri antusias juga melihat gambar-gambar & angka-angka di buku senang matematika milik abangnya fazli, dengan nada bicara yang kurang jelas (seputar huruf hidup; a, I, u, e, o), ia menunjuk-nunjuk gambar dengan bibirnya hingga memaksakan untuk berdiri melampaui bahuku, subhanallah.. anak ku baru berumur 7 bulan punya kemauan keras ingin tau sesuatu, semua ini tentunya barokah dari Allah dan ikhtiar untuk selalu mengembangkan kecerdasan bayi… anda juga ingin kan? Nih.. silahkan baca tips-tips berikut ini;


1. Memperkenalkan Nama Benda
Perkenalkan segala sesuatu di sekitar kita kepada bayi. Ini bisa dimulai dengan yang sederhana, seperti wajah kita. Yuk, ajak tangan bayi menjelajahi wajah kita. Sambil menyentuh setiap bagiannya, sebutkan mana mata, hidung, mulut, telinga, dan lain-lain. Lalu, lanjutkan dengan anggota tubuh. Lebih jauh lagi, perkenalkan bayi pada nama-nama benda di sekitarnya; bola, meja, kursi, kotak. Perkenalkan pula si kecil pada pohon, mobil, kucing, anjing, dan aneka obyek di luar rumah.

2. Menjadi Pendengar
Meski bayi belum mampu mengungkapkan keinginan atau gagasan lewat kata-kata yang jelas, sebaiknya mulailah ''mendengarkan'' setiap ia ''mengungkapkan'' sesuatu. Jadilah pendengar aktif. Usahakan mengira-ngira apa yang ingin bayi ungkapkan. Lalu, berikan respon. Misal, ''Oh, bagus sekali!'' atau ''Apa betul?'' Ajak pula bayi berdialog, meski ia hanya akan merespon dengan gumaman, gerakan, senyum atau bahasa tubuh lainnya.

3. Memperkenalkan Konsep
Segala sesuatu di sekitar bayi merupakan hal baru baginya. Nah, kewajiban kitalah mengenalkannya kepada bayi melalui berbagai konsep, eperti konsep panas-dingin, naik-turun, masuk-keluar, kosong-penuh, berdiri-duduk, basah-kering serta besar-kecil. Pengenalan konsep dasar ini bisa dilakukan sesederhana mungkin. Dan, bisa didapat dari peristiwa sehari-hari di sekitar bayi. Misal, saat menggantikan popok, kita bisa memberitahukan padanya, ''Popokmu basah kena pipis. Nah, sekarang Mama ganti dengan popok yang kering.''

4. Menjelaskan Sebab-Akibat
Konsep sebab-akibat juga perlu diperkenalkan, mengingat bayi sedang giat mempelajari segala sesuatu. Kita bisa mulai dengan menjelaskan berbagai fungsi dan sebab-akibat bekerjanya benda di rumah. Misal, tombol lampu. ''Kalau tombol ini Mama tekan ke atas, lampu akan menyala dan ruangan jadi terang. Tetapi kalau ditekan ke bawah, lampu padam dan ruangan jadi elap.''
Tentu saja tak cuma benda mati. Sebab-akibat pada perasaan orang juga bisa diperkenalkan. Contoh, ''Mama sedih kalau kamu nggak mau makan''. Ini akan mengasah kepekaan bayi.

5. Memperkenalkan Warna
Warna-warni bisa ditunjukkan sambil memperkenalkan benda dan segala sesuatu di sekitar bayi. Misal, ''Itu balon, Nak. Warnanya merah, seperti bajumu.''

6. Mengulangi Kata-Kata
Agar bayi mampu mengingat lebih tajam segala sesuatu yang diperkenalkan padanya, sebaiknya kata-kata yang diperkenalkan selalu diulang-ulang. Misal, ''Pintar, makannya sudah habis. Haaabiiis.''

7. Memperkenalkan Kata yang Benar
Hindari penggunaan kata-kata yang dipermudah atau dicadel-cadelkan, seperti ''mamam'' untuk makan, ''mimik'' untuk minum, atau lainnya. Gunakan kata-kata yang benar. Karena, ini membantu bayi memahami konsep dengan benar.

8. Perkenalkan Kata Ganti
Walau bayi belum bisa menggunakan kata ganti, tak ada salahnya mulai memperkenalkannya. Beritahu pula konsep kepemilikan. Misal, ''Ini kue untuk Adek, untuk kamu,'' atau ''Ini punya Mama, punya saya''.

9. Memacu Respons
Banyak cara memancing bayi agar merespons atau menjawab pertanyaan kita. Misal, memberi berbagai pilihan dan meminta bayi memilih salah satu, ''Mau pakai baju merah atau kuning?'' Atau, bisa juga meminta bayi menunjukkan atau mengambil benda yang kita tanyakan, ''Coba, yang mana boneka Laa Laa?''

10. Hindari Pemaksaan
Jika bayi cuma menjawab dengan ekspresi atau bahasa tubuh, bantulah dengan memberi pilihan. Misal, ''Ari mau pilih bola atau boneka?'' Kalau kata-katanya tetap tak keluar, komentari pilihannya, ''Oh, Ari pilih bola, ya?'' Hindari pemaksaan bila bayi tetap tak mau bicara. Bersabar dan teruslah berlatih.

11. Menyederhanakan
Arahan yang rumit bisa membingungkan bayi. Jadi, sampaikanlah arahan verbal satu per satu. Misal, ''Tolong ambilkan bola.'' Tunggu sampai bayi melakukannya, baru lanjutkan, ''Nah, sekarang berikan pada Mama.'' Beri pujian bila ''tugas'' itu dilakukan dengan baik, agar bayi tahu bahwa yang dilakukannya benar.

12. Hati-hati Memperbaiki
Kekeliruan berbahasa karena keterbatasan artikulasi bayi bisa mulai diperbaiki secara hati-hati. Ungkapan ''..bil!'' untuk ''mobil'', dapat langsung diperbaiki lewat jawaban ''Pintar, itu mobil''. Tak perlu mengulang-ulang kesalahan ucapan bayi. Sebetulnya ia sudah mengetahui ucapan yang seharusnya keluar.

13. Membaca Bersama
Perkenalkan bayi pada buku bacaan bergambar yang memiliki kalimat berirama dan sederhana seperti pantun. Ajaklah ia bersama-sama mengucapkan dan menunjukkan gambar-gambarnya. Misal ''Gajah bermain bola.'' Mintalah bayi menunjukkan mana gajah dan mana bola. Lakukanlah ini sesering mungkin. Lama-lama bayi akan akrab dengan kata-kata di buku tersebut dan tertarik untuk belajar lebih banyak lagi.

14. Mengenalkan Angka
Ini bukan pelajaran berhitung, melainkan sekedar mengenal angka satu dan lainnya sambil bermain. Misal, ''Adik boleh ambil satu kue. Saa-tuu...'' (sambil memperlihatkan jari kita menunjukkan ''satu''). Atau,
''Ambil mainan, yang baaa-nyaak.'' Menghafal angka juga sudah bisa dilakukan. Sambil naik tangga atau memasukkan mainan ke dalam boks, kita membilang, ''Satu, dua, tiga...''

15. Menyanyi
Menyanyi adalah cara mudah ''merekamkan'' beragam kosakata di benak bayi. Kelak, begitu mendengar potongan melodi dan irama lagu tersebut, rekaman itu akan keluar dengan sendirinya dari mulut bayi. (kebetulan ayahnya seorang nasyider, jadi lebih mudah)
http://info.balitacerdas.com

 

Featured